IlmuRijalul hadis terbagi atas dua ilmu yang besar: 1. Ilmu Tarikhir Ruwah : Ilmu sejarah perawi-perawi hadits. 2. Ilmu jahri wat Ta'dil : Ilmu yang menerangkan adil tidaknya perawi hadits. Maka Ilmu Tarikhir Ruwah ialah : " ilmu yang mengenalkan kepada kita perawi-perawi hadits dari segi mereka meriwayatkan hadits. Sepertiriwayat Suhail bin Abi Shalih rahimahullah dari bapaknya rahimahullah dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. Dan digabungkan dengan perincian di atas pembagian hadits shahih menjadi tujuh tingkatan, yaitu: 1. Pertama: Yang disepakati keshahihannya oleh imam al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah, dan ini adalah tingkatan yang paling tinggi. BeliIlmu Mushthalah Hadits. Harga Murah di Lapak THM Books Store. Telah Terjual Lebih Dari 24. Pengiriman cepat Pembayaran 100% aman. Belanja Sekarang Juga Hanya di Bukalapak. Salahsatunya yaitu Ilmu Rijalul hadits yaitu ilmu yang membahas persambungan perawi kepada Rasulullah, dan lain-lainnya. 1. Apa itu ilmu rijalul al-hadits. 2. Kapan munculnya ilmu rijalul hadits. 3. Apasaja urgensi ilmu rijalul hadits. 4. Apa saja cabang-cabang ilmu rijalul hadits. SedangRijal al Hadis berarti orang orang yang meriwayatkan hadis serta berkecimpungdengan hadis Nabi. Secara terminologi ilmu ini didefenisikan dengan "ilmu yang membahas tentang keadaan para periwayat baik dari kalangan sahabat, shahih, maupun generasi berikutnya".1 Maksudnya ialah ilmu yang membicarakan seluk beluk dan sejarah kehidupan Pertanyaanini harus tetap berkaitan dengan materi Arti Q.S. ar-Rahmān/55:33 dan Q.S. al- Mujādalah/58:11 serta hadis tentang menuntut ilmu. Mujādalah/58:11 serta hadis tentang menuntut ilmu. .(HOTS) • Peserta didik diberi kesempatan untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, BerkahWaktuku Bertambah Ilmuku (Ayat dan Hadis tentang kewajiban memanfaat kan waktu dan menuntut ilmu) A. TUJUAN - Menjelaskan isi kandungan Q.S. al-Ashr (103) dan Q.S. al-'Alaq (96) tentang menghargai waktu dan menuntut ilmu. - Menjelaskan keterkaitan isi kandungan Q.S. al-Ashr (103) dan Q.S. al-'Alaq (9 6) tentang menghargai waktu dan 1060 MAKALAH: Ingin belajar ilmu hadits. Tanya: " Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..Pak Zon saya ingin mempelajari ilmu hadits, mohon sarannya dimana saya harus memulainya ? mungkin ada situs yang menyajikan ilmu hadits secara ringkas untuk pemula ..Wassalam ". Jawab: " Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, boleh kami Pengertianrawi menurut bahasa yaitu meriwayatkan, sedangkan menurut istilah rawi adalah orang-orang yang meriwayatkan hadits secara lisan maupun tulisan, asalkan hadits tersebut didengar langsung dari gurunya. Seorang perawi pun harus memiliki kecerdasan yang tinggi serta kejujuran, karena akan mempengaruhi hadits yang disampaikan. Pararawi hadis itu disebut "Rijalul Hadis". Untuk dapat mengetahui keadaan para rawi hadis itu terdapat "Ilmu Rijalul Hadis" yaitu: "Ilmu yang membahas para rawi hadis, baik dari kalangan Sahabat maupun Tabi'in dan orang-orang (angkatan) sesudah mereka". Dalam ilmu Rijalul Hadis ini dijelaskankan tentang sejarah ringkas para rawi 8Uchn. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Urgensi Mempelajari Ilmu Rijalul Hadis Hadits adalah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan. Hadist ini di tulis atau diriwayatkan oleh seseorang yang disebut juga perawi. Dalam periwayatan sebuah hadits itu terdapat seseorang yang sangat pandai dalam menuliskan apa yang dilakukan,disampaikan,dan ditetapkan oleh Rasullulah. Ilmu Rijalul Hadist atau juga disebut ilmu Rijal Al-Hadist merupakan salah satu cabang ilmu Ulum Hadist yang secara spesifik membahas tentang keberadaan para rijal hadis atau para perawi hadist . Dengan kata lain ilmu ini mempelajari tentang para periwayat hadist dalam kapasitas mereka dalam periwayatan hadist. Kedudukan ilmu ini sangat penting didalam periwayatan ilmu hadist, karena ilmu rijal al hadist ini mempelajari persoalan yang terdapat pada sekitar sanad dalam hadist. Sanad adalah suatu jalan yang menyampaikan menuju kepada hadits atau juga bisa diartikan jalan yang menuju kepada inti atau isi dari hadist tersebut matan. Dengan ini kegiatan perawi hadist juga bisa disebut sebagaiDalam pembahasannya menurut Muhammad 'Ajjaj al-Khatib membagi Ilmu rijal al-hadits ini terbagi menjadi 2 cabang yaitu ilmu yang membahas tentang keadaan-keadaan para perawi dari segi aktifitas mereka pada saat meriwayatkan hadist juga bisa disebut ilmu Tarikh al-Ruwah dan ada juga ilmu yang membahas keadaan-keadaan para perawi dari segi diterima tidaknya periwayatan yang telah mereka susun bisa disebut juga ilmu Jarh wa al- Ta'dil .Dengan kata lain ilmu ini mempelajari tentang para periwayat hadist dalam kapasitas mereka dalam periwayatan Tarikh al- Ruwah adalah cabang ilmu yang mempelajari atau juga membicarakan tentang keadaan para perawi hadist terutama pada saat kelahirannya, kewafatannya, guru-gurunya,negerinya ,tempat kediamannya atau juga rumah , perlawatan-perlawatannya dan segala hal yang mengenai perawi dan berhubungan dengan urusan. Hadist dengan kata lain ilmu ini membahas tentang biodata atau riwayat hidup seorang rawi tersebut semasa hidupnya namun yang berhubungan dengan cara bagaimana perawi tersebut meriwayatkan sebuah Jarh wa al-ta'dil adalah ilmu yang membahas tentang kritik yang berisi celaan maupun pujian terhadap para periwayat hadist. Ilmu ini mempelajari tentang apa saja tentang tanggapan-tanggapan orang lain tentang hadist yang diriwayatkan seorang perawi hadits bisa saja ada orang yang mendukung tentang isi hadits tersebut dan juga ada sebagian orang yang berpendapat terbalik yaitu justru celaan bagi sang periwayat hadist tersebut. Dalam ilmu ini sangat bermanfaat bagi siapa yang mempelajarinya karena dengan ilmu rijal al hadist seseorang mendapatkan gambaran bagaimana seorang perawi saat meriwayatkan hadist dan juga mengetahui latar belakang dari perawi hadist yang haditsnya masih berlaku sampai sekarang. Oleh karena itu para ulama islam pun juga sangat antusian dalam meneliti para perawi hadis .Sebagian para ulama modern sangat mementingan hal-hal ini karena dalam rijal hadist meneliti bagaimana sanad hadist,mereka juga ingin mengetahui ketersambungan sanad dan keterputusan sanad dalam suatu hadist. Begitupula ke-marfu'an hadist atau juga dikatakan hadis yang disandarkan kepada Nabi atau ke-mauqufan-nya bisa dikatakan dengan hadis yang disandarkan kepada sahabat Nabi. Oleh karena itu lah banyak ulama yang tergerak hatinya dalam penulisan berbagai keterangan yang berkenaan dengan para periwayat hadist, dan tidak sedikit pula ulama hadist yang banyak memiliki pengetahuan tentang sejarah para periwayat hadist .Tanpa adanya penulisan dan penjelasan tentang berbagai keterangan yang menyangkut dengan periwayat hadist itu, maka umat islam akan lebih mudah tersesat dalam memahami suatu hadist. Karena orang awam akan lebih mudah begitu saja dalam menerima hadist tanpa tahu siapa dan bagaimana orang yang meriwayatkan hadist tersebut. Mereka juga akan memahami apa saja yang dituliskan dalam hadist tanpa memperhatikan bahwa hadist itu sesuai ajaran atau tidak, dan yang lebih parahnya suatu hadist itu juga dapat tersebar tanpa mengenal siapa yang demikian jumlah periwayat hadist pun tidak sedikit , maka seorang ulama akan kesulitan menuliskan seluruh seluruh periwayat hadist dalam satu kitab tertentu. Oleh karena itu ulama ada yang menuliskan riwayat hidup seorang perawi saja atau keterangan yang berkenaan dengan Nabi. Ada juga ulama yang menuliskan tingkatan perawi rijal ini sangat bermanfaat dan sangat membantu para ulama pengkaji hadist yang ingin meneliti kualitas suatu hadist. Untuk mengetahui apa ilmu yang terkandung didalam hadist juga membutuhkan ilmu pengetahuan ilmu hadist yang tinggi dan memadai. Hal tersebut dimaksudkan kepada pengkaji hadist dapat mengadakan tarjih ketika dalam perbedaan REFERENSI Mukhtar, M. 2011. Penelitian Rijal Al-Hadis sebagai kegiatan ijtihad. Jurnal Hukum Diktum, Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Ilmu Rijalul Hadits Rawi Pengertian, Cabang, Syarat, Contoh, Kegunaannya DEFINISI RAWI الراوي في لغة الذى يروي الحديث و نحوه المنوز ٥٩٠ Kata rawi atau ar-rawi berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadits naqil al-hadits. Sebenarnya, sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Sanad-sanad hadits pada tiap tabaqah-nya, juga disebut rawi, jika yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadits. Akan tetapi, yang membedakan antara rawi dan sanad terletak pada pembukuan atau pen-tadwin-an hadits. Orang yang menerima hadits dan kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab tadwin disebut perawi. Dengan demikian, maka perawi dapat disebut mudawwin orang yang membukukan dan menghimpun hadits. Ilmu Rijalil Hadits adalah salah satu dari ilmu-ilmu hadits yang sangat penting. Ilmu hadits, melengkapi sanad dan matan. Orang-orang sanad itulah perawih-perawih hadits. Maka merekalah pokok pembicaraan ilmu Rijalul Hadits yang merupakan salah satu dari dua tepi ilmu hadits. Lantataran inilah para ulama sangat mementingkan ilmu ini. Ilmu Rijalul hadis terbagi atas dua ilmu yang besar 1. Ilmu Tarikhir Ruwah Ilmu sejarah perawi-perawi hadits. 2. Ilmu jahri wat Ta’dil Ilmu yang menerangkan adil tidaknya perawi hadits. Maka Ilmu Tarikhir Ruwah ialah “ ilmu yang mengenalkan kepada kita perawi-perawi hadits dari segi mereka meriwayatkan hadits. Maka ilmu ini menerangkan keadaan-keadaan perawi, hari kelahirannya, kewafatannya, guru-gurunya, masa mulai mendengar hadits dan orang-orang yang meriwayatkan hadits dari padanya, negrinya, tempat kediamannya, perlawatan-perlawatnnya, sejarah kedatangannya ketempat-tempat yang dikunjungi dan segala yang berhubungan dengan urusan hadits”. CONTOH RAWI حدثنا محمد بن معمر بن ربعي القيس، حدثنا أبو هشام المحزومي عن عبد الواحد وهو ابن زياد حدثنا عثمان بن حكيم حدثنا محمد ابن المنكدر عن عمران عن عثمان بن عفان قال ؛ قال رسول الله صلي الله عليه و سلم ؛ من توضأ فأحسن الوضوء خرجت خطاياه من جسده حتي تخرج من تحت أظفاره.رواه مسلم Artinya “ Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ma’mur bin Rabi’i al-Qaisi, katanya telah menceritakan kepadaku Abu Hisyama al-Mahzumi dari Abu Al-Wahid yaitu Ibnu Ziyad, katanya telah menceritakan kepadaku Utsman bin Hakim, katanya telah menceritakan kepadaku Muhammad al-Munqadir, dari Amran, dari Utsman bin Affan ia berkata” Barang siapa yang berwudu’ dengan sempurna sebaik-baiknya wudu’, keluarlah dosa-dosanya dari seluruh badannya, bahkan dari bawah kukunya” MUSLIM. Dari nama Muhammad bin Ma’mur bin Rabi’il al-Qaisi sampai dengan Utsman bin Affan ra. adalah sanad dari hadits tersebut. Mulai kata “man tawadha’a” sampai dengan kata “tahta azhfarihi”, adalah matannya, sedangkan Imam Muslim yang dicatat diujung hadits adalah perawinya, yang juga disebut mudawwin. SYARAT-SYARAT RIJALUL HADITS 1. Islam 2. Baligh 3. Adil 4. Dhabith KEGUNAAN Dari definisi yang telah dikemukakan, dapat diketahui bahwa ilmu rijal al-hadits berkaitan dengan hal ihwal para periwayat hadits. Karena itu, ilmu ini mengambil porsi tertentu dalam bahasan ilmu hadits. Ilmu ini sangat diperlukan dalam penelitian sanad Hadits, yang kegunaannya antara lain adalah sebagai berikut. Dengan ilmu ini penelitian sanad Hadits dapat dilakukan, karena ilmu ini merupakan data yang lengkap mengenai para periwayat Hadits, baik biografi mereka,maupun kualitas pribadi sulit dibayangkan, kalau seseorang sekarang ini ingin meneliti sanad Hadits, tanpa menggunakan ilmu ini, mengingat bahwa para periwayat itu sendiri sudah ribuan tahun meninggal dunia. Bahasan Hadits mencakup sanad dan matan, ilmu ini berguna untuk mendalami pengetahuan tentang sanad, dengan menguasai sanad hadits, berarti mengetahui separuh ilmu hadits. Seorang pengkaji hadits belumlah dianggap lengkap ilmunya tentang hadits, kalau hanya mempelajari matannya, sebelum mempelajari juga sanadnya. Sejarah merupakan senjata terbaik yang digunakan oleh ulama dalam menghadapi para pendusta. Sufywan Al Tsaurymengatakan “Sewaktu para perawi menggunakan kedustaan, maka kami menggunakan sejarah untuk melawan mereka.” Ulama tidak cukup hanya menunjukkan urgensi mengetahui sejarah para perawi, tetapi mereka sendiri juga mempraktekkan hal itu. Contoh mengenai hal itu sangat banyak, sampai tak terhitung. Antara lain yang diriwayatkan oleh Ufair ibn Ma’dan Al Kala’yi, katanya Umar ibn Musa datang kepada kami di Himsh. Lalu kami berkumpul di mesjid. Lalu beliau berkata “Telah meriwayatkan kepada kami guru kalian yang shaleh.” Ketika sering mengungkap kata itu, aku bertanya kepadanya “Siapa yang anda maksud guru kami yang shaleh? Sebutlah namanya agar kami bisa mengenalnya.” Ia menjawab “Khalid Ibn Ma’dan.” Aku bertanya kepadanya “Tahun berapa anda bertemu dengannya?” Ia menjawab “Aku bertemu dengannya pada tahun seratus delapan.” Aku bertanya lagi “Di mana anda bertemu dengannya?” Ia berkata “Aku bertemu di dalam peperangan Armenia.” Lalu aku bertanya kepadanya “Bertakwalah kepada Allah, wahai Syeikh dan jangan berdusta. Khalid ibn Ma’dan wafat tahun seratus empat. Jadi anda mengaku bertemu dengannya empat tahun sesudah ia meninggal.” Aku tambahkan pula, ia tidak turut serta dalam peperangan ke Armenia. Dia hanya ikut dalam perang Romawi. Dengan ilmu ini kita dapat mengetahui, keadaan para perawi yang menerima hadits dari Rasulullah dan keadaan perawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya. Dan juga dengan ilmu ini, dapat ditentukan kualitas serta tingkatan suatu hadis dalam permasalahan sanad hadis. Dalam sejarah islam, pada akhir masa pemerintahan Ali bin Abi Tholib, pemalsuan Hadits mulai ada dan pada masa pemerintahan Bani Umayyah –sampai akhir abadpertama Hijriyah- pemalsuan itu berkembang pesat. Untuk menjaring Hadits-hadits palsu itu ilmu rijal al-hadits dapat dipergunakan. Jadi dapat diketahui bahwa ilmu rijal hadis berguna untuk mengetahui tentang para perawi yang ada dalam tingkatan sanad hadis. Dengan mengatahui para perawi itu akan dapat mencegah terjadinya pemalsuan hadis, penambahan matan hadis, juga dapat mengetahui tingkatan keshahihan tiap-tiap hadis yang ditemui. LATAR BELAKANG PENTINGNYA Ilmu Rijal Hadis ini lahir bersama-sama dengan periwayatan hadis dalam Islam dan mengambil porsi khusus untuk mempelajari persoalan-persoalan di sekitar sanad. Ulama memberikan perhatian yang sangat serius terhadapnya agar mereka dapat mengetahui tokoh-tokoh yang ada dalam sanad. Ulama akan menanyakan umur para perawi, tempat mereka, sejarah mendengar belajar mereka dari para guru,disamping bertanya tentang para perawi itu sendiri. Hal itu mereka lakukan demi mengetahui keshahihan sima’ yang dikatakan oleh perawi dan demi mengetahui sanad-sanad yang muttashil dari yang terputus, yangmursal, dari yang marfu’ dan lain-lain. Banyak hal yang menyebabkan sejarah para periwayat hadis menjadi objek kajian dalamIlmu Rijal Al Hadis, diantaranya adalah 1. Tidak seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi Hadis yang ada ditulis pada masa Nabi sangat minim sekali, padahal yang menerima hadis sangat banyak orangnya. Hal ini menyebabkan banyaknya terjadi kekeliruan dalam penyampaian hadis selanjutnya. Hadis yang disampaikan itu kadang dalam penyampaiannya mengalami perubahan-perubahan redaksi sehingga menyebabkan hadis tersebut menjadi rendah tingkatannya. Oleh karena itu dalam masalah ini diperlukan pengetahuan tentang para perawi yang ada dalam tingkatan sanad untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut. 2. Munculnya pemalsuan hadis Hadis Nabi yang belum terhimpunn dalam suatu kitab dan kedudukan hadis yang sangat penting dalam sumber keajaran Islam, telah dimanfaatkan secara tidak bertanggung jawab oleh orang-orang tertentu. Mereka membuat hadis palsu berupa pernyataan – pernyataan yang mereka katakana berasal dari Nabi, padahal Nabi sendiri tidak pernah menyatakan demikian. Untuk itu Ilmu Rijal Hadis banyak membicarakan biografi para periwayat hadis dan hubungan periwayat satu dengan periwayat lainnya dalam periwayatan hadis agar menghindari terjadinya pemalsuan hadis. 3. Proses penghimpunan hadis Tadwin Karena takut akan kehilangan hadis, maka pada masa khalifah diadakan pengumpulan hadis dari seluruh daerah. Dalam melakukan penghimpunan hadis ini, diperlukan pengetahuan tentang sejarah hidup para perawi sehingga dapat diketahui kualitas hadis yang di himpun tersebut agar tidak terjadi ketercampuran antara hadis yang lebih baik kualitasnya dari segi sanad dengan hadis maudu’ maupun hadis dhaif dalam penghimpunan itu. Inilah beberapa factor yang menyebabkan di dalam Ilmu Rijal Hadis, sejarah para periwayat menjadi objek kajian. Di sebabkan betapa pentingnya pengetahuan tentang periwayat dalam hal-hal yang telah disebutkan diatas. SASARAN POKOKNYA Ilmu rijal al-hadits terdiri atas dua pokok, yaitu Ilmu Tarikh ar-Ruwah, yang mengenalkan kepada kita para periwayat hadits dalam kapasitas mereka selaku periwayat hadits. Ilmu ini menerangkan hal-ihwal periwayat, hari lahir dan wafatnya, guru-gurunya, masa dia mulai mendengarkan hadits, orang-orang yang meriwayatkan hadits darinya, negerinya, tempat tinggalnya, perlawatannya dalam mencari hadits, tanggal tibanya di berbagai negeri, dia mendengar hadits dari guru-gurunya dan segala hal yang berhubungan dengan urusan Hadits. Ilmu ini lebih banyak membicarakan biografi para periwayat hadits dan hubungan periwayat yang satu dengan periwayat yang lain dalam periwayatan al-Jarh wa at-Ta’dil, yang membahas hal-ihwal periwayat hadits dari segi dapat diterima, atau ditolak riwayatnya. Ilmu ini lebih menekankan kepada pembahasan kualitas pribadi periwayat Hadits, khususny dari segi kekuatan hafalannya, kejujurannya, integritas pribadinya terhadap ajaran islam dan berbagai keterangan lainnya yang berhubungan dengan penelitian sanad Hadits. CABANG-CABANGNYA Dari kedua pokok ilmu rijal al-Hadits ini, muncul pula cabang-cabang yang mempunyai ciri pembahasan tersendiri. Cabang-cabang itu antara lain adalah Ilmu Tabaqat ar-Ruwah, yaitu ilmu yang mengelompokkan para periwayat ke dalam suatu angkatan atau generasi al-Mu’talif wa al-Mukhtalif, yaitu ilmu yang membahas tentang perserupaan bentuk tulisan dari nama asli, nama samaran, dan nama keturunan para periwayat, namun bunyi bacaannya al-Muttafiq wa al-Muftariq, yaitu ilmu yang membahas tentang perserupaan bentuk tulisan dan bunyi bacaan, namun berlainan personalianya,dan Ilmu al-Mubhamat, yaitu ilmu yang membahas nama-nama periwayat yang tidak disebut dengan jelas ULAMA-ULAMA YANG AHLI DAN KITAB-KITABNYA Dalam pembahasan tentang ilmu rijal al-Hadits, maka para Ulama mengarang kitab dengan bentuk dan metode yang beragam,berikut pembagiannya 1. Kitab Tarikh ar-Ruwah - At-Tobaqot al-Kubro karangan Muhammadbin Sa’ad 168-230 - Tazkiroh al-HUffaz karangan az-Zahaby w. 748H - Tarikh a-Islam karangan az-Zahaby - Tahzib at-Tahzib karangan al-Hafiz Syihab ad-Din Abu Fadl Ahmad bin Aly ibn Hajar al-Asqolaniy 772-852H - Tarikh Bagdad karangan Abu Bakar Ahmad bin Aliy al-Baghdadiy 392-463H - Al-Asma wa al-Kuna karangan Abu Bisyr Muhammad bin Ahmad ad-Dawlaby 234-320 H 2. Kitab al-Jarh wa at-Ta’dil - Kitab as-Siqat karangan Abu al-Hasan Ahmad bin Abdullah al_Ijliy - Ad-Du’afa al-Kabir dan Ad-Du’afa as-Sogir karangan Imam Muhammad bin Isma’il al-Bukhoriy 194-256H - Al-Kamil fi Ad-Du’afa ar-Rijal karangan Abu Ahmad Abdillah bin Adiy al-Jurjaniy H Source daniati